Trying to Understand Home Schooling

Hari ini, Minggu 13 Maret 2016 saya menghadiri acara Bincang Asik Home Education yang dipersembahkan oleh Home Schooling Muslim Nusantara (HSMN) Jawa Timur untuk menambah wawasan saya terkait pendidikan bagi balita saya, Kinasih (2y7m). Dan berikut adalah review materi yang mungkin dapat saya bagi dengan teman-teman, para ayah dan bunda yang berbahagia 🙂

AYAH, BUNDA, BOLEHKAH AKU TIDAK SEKOLAH?

Narasumber: Ida Nur’aini Noviyanti (Founder HSMN)

Sesungguhnya, apa tugas kita di dunia ini? Sekolah atau belajar? Ya, agama memerintahkan kita untuk iqro’ dan tholabul ilmi. Apa itu home schooling, masjid schooling dan community schooling? Semua ini sudah terjadi di jaman Rasul, sahabat dan para ulama. Konsep home schooling ini memang masih anti-mainstream di Indonesia dan mencoba memahami bahwa tiap individu memiliki keunikan, manusia tidak bisa diperlakukan seragam seperti produk massal sebuah pabrik.

Biasanya orang tua yang memilih HS untuk anak-anaknya karena dilandasi beberapa tujuan, antara lain:

  1. Menjalankan akidah Islam yang kuat
  2. Menanamkan akhlaqul karimah
  3. Mengajarkan kemampuan bertahan hidup

Istilah home schooling (HS) pada dasarnya sama dengan home education (HE), pertama kali istilah HS dikenal di Amerika, sedangkan HE dikenal di Inggris. Namun ada juga beberapa istilah lain yang perlu kita pahami, antara lain flexi school, unschooling dan de schooling. Apa bedanya?

  1. HS : pilihan kebutuhan belajar bagi anak
  2. Flexi school : memindahkan sekolah formal ke rumah, disebut dengan HS berbayar
  3. Unschooling : tidak pernah sekolah sejak usia sekolah
  4. De schooling : pernah sekolah, kemudian berhenti sekolah

PERSIAPAN SEBELUM MELAKUKAN HOME SCHOOLING (HS)

Hal-hal yang pertama harus dipersiapkan sebelum mengambil keputusan untuk memilih HS, adalah: (1) Mental orang tua, (2) Mental anak, (3) Ilmu parenting, termasuk di dalamnya pola asuh, (4) Ilmu tentang HS, (5) Kurikulum, (6) Pola hidup atau jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi rumah dan lingkungan, termasuk di dalamnya manajemen atau perencanaan yang rapi dengan fasilitas dan (7) Dukungan keluarga.

KURIKULUM YANG PERLU DISIAPKAN

Panduan menyusun kurikulum pada HS muslim adalah kurikulum dari Allah yang ada di Al qur’an dan Sunnah, yaitu:

  1. Ilmu : akidah Islam yang shohih dan kuat
  2. Akal :  proses merenung dan mengambil hikmah dari setiap kejadian sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh dan menyalahkan orang lain atau lingkungan
  3. Jasadiah : kebiasaan olahraga da pagi atau sore hari
  4. Emosi : bertujuan agar anak tidak tumbuh menjadi generasi yang mempunyai usia fisik tidak sesuai dengan usia mental. Salah satu cirinya adalah mudah ngambek dan mudah menyerah. Jika sudah berumah tangga, mudah bercerai dan meninggalkan rumah untuk lari dari masalah. Ketika bermasalah atau berkonflik, tidak bisa dihubungi karena mengganti nomor handphone maupun memblokir media sosial. Emosi yang tidak stabil hingga dewasa bisa menjadi penyakit psikologis yang tidak disadari pribadinya.

Perhatikan setiap detil tumbuh kembang anak, jika anak sudah mengalami datang bulan atau mimpi basah, artinya mereka sudah baligh, kewajiban syariahnya telah sama seperti orang dewasa. Pada saat inilah, mereka telah siap menjadi bagian dari kegiatan sosial kemasyarakatan. Bagaimana cara anak HS belajar berorganisasi? Mereka tidak bisa tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), namun organisasi sosial kemasyarakatan sangatlah banyak yang dapat memberikan pelajaran, misalnya remaja masjid, karang taruna dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa pilihan kurikulum untuk HS:

  1. Kurikulum nasional 2013 dari Diknas dengan mengambil panduan materi dan soal di buku sekolah elektronik yang dapat dengan mudah diunduh dari laman internet
  2. Kurikulum Cambridge
  3. Kurikulum ACT
  4. Menyusun kurikulum sendiri

Pilihan ini bergantung pada visi dan cita-cita yang ingin dicapai oleh anak.

BAGAIMANA DENGAN IJAZAH?

Ijazah adalah hak anak, sehingga untuk ijazah sebaiknya didiskusikan dengan anak. Jika anak tidak mau memiliki ijazah, hormati keputusannya. Tanyakan kembali komitmen dan tanggung jawab yang harus dia emban dengan keputusannya. Masa depan anak ada di tangan anak. Tugas orang tua mengingatkan visi misi hidup di dunia untuk selamat dunia akhirat, terutama selamat dari murka Allah sehingga dapat masuk surga.

Tekankan pada hal yang membuat disayang Allah, patuh pada aturan Allah. Jika suatu kegiatan membuat anak jauh dari Allah, tetapi membuat anak sukses, minta anak untuk meninggalkan kegiatan tersebut.

FAKTOR KEGAGALAN HS

Faktor orang tua:

  • Mood — Jika moodnya bagus, semangat dan sebaliknya jika sedang ribut dengan suami, menjadi tidak mood.
  • Kurang pro aktif
  • Kurikulum belajar yang monoton
  • Tidak mendampingi anak — Jika orang tua bekerja, minimal salah satu ada di rumah.

Faktor anak:

Kurang komitmen

PRINSIP PENTING PELAKU HS

  1. Luruskan niat à niat HS bukan agar anak cepat lulus kuliah
  2. Tidak membandingkan kesuksesan anak dengan pelaku HS lain
  3. Utamakan proses, bukan hasil à merupakan salah satu wujud pembentukan karakter
  4. Orang tua harus menjadi teladan à penting bagi anak melihat setiap gerak orang tua
  5. Melibatkan anak dalam tantangan hidup keseharian
  6. Mengenali fase peka belajarnya à ketika anak senang, lanjutkan dan ketika anak jenuh, hentikan
  7. Awali dengan mengajar Al qur’an sedini mungkin. Kurangi multimedia, perbanyak menghafal dan mendengarkan Al qur’an. Berikan memori sebanyak-banyaknya tentang Al qur’an
  8. Niatkan dengan kuat, jalankan maksimal dan kesampingkan segala penilaian manusia. Pasrahkan hasilnya pada Allah.

BAGAIMANA DENGAN MINAT DAN BAKAT?

Tidak perlu terburu-buru mengasah dan mencari minat bakat anak. Orang tua pelaku HS kebanyakan lebih fokus pada hal ini dan malah mengesampingkan masalah prinsip, yaitu akidah. Kembangkan minat dan bakat anak dengan prinsip 4 E (Easy, Enjoy, Earn, Excellent). Banyak contoh anak yang mampu meraih prestasi di tingkat nasional bahkan internasional saat masih kecil, namun ketika baligh berubah minatnya.

CONTOH RINCIAN JADWAL SEHARI-HARI

Rincian alokasi waktu dalam sehari sebaiknya dibuat sendiri oleh anak kemudian didiskusikan dengan orang tua, misalnya:

  • Tidur : 7 jam
  • Makan : 1 jam (untuk 3 kali makan)
  • Shalat : 1 jam (untuk 7 kali shalat)
  • Baca : 2 jam
  • Belajar : 2 jam
  • Agama : 3 jam
  • Bermain dan bermasyakarat : 3 jam
  • Membantu orang tua : 2 jam
  • Olahraga : 1 jam
  • Menulis atau presentasi : 1 jam
  • Bebas atau me time : 1 jam

RINCIAN JADWAL SETIAP HARI

  • 04.00 – 05.30               : Tahajud, agama (setor hafalan), subuh, sharing
  • 05.30 – 06.30                : Olahraga, mandi
  • 06.30 – 07.30                : Bantu ortu, Dhuha, makan
  • 07.30 – 08.30                : Baca
  • 08.30 – 09.30                : Main
  • 09.30 – 10.30                : Belajar
  • 10.30 – 11.30                : Main
  • 11.30 – 12.30                : Dhuhur, makan, sharing
  • 12.30 – 13.30                : Agama (tilawah)
  • 13.30 – 14.30                : Belajar
  • 14.30 – 16.00               : Istirahat (tidur siang 30 – 45 menit), mandi, Ashar, agama (kajian hadist dan adab)
  • 16.00 – 17.00                : Main
  • 17.00 – 18.00                : Maghrib, makan, bantu ortu
  • 18.00 – 19.00                : Baca
  • 19.00 – 20.00                : Isya, buat tulisan/presentasi, sharing
  • 20.00 – 21.00                : Me time
  • 21.00 – 21.30                : Persiapan tidur (ganti baju, gosok gigi, dongeng)

KOMUNITAS BELAJAR

Komunitas HSMN wilayah, misalnya Surabaya dan Semarang mengadakan play date dengan melakukan aktivitas bersama anak dan orang tua, bisa gratis maupun berbayar karena menghadirkan pengajar dari pihak eksternal. Misalnya, panahan, berkuda, berenang, menulis dan lain-lain. Jika dilakukan berkelompok, akan lebih ringan biayanya. HSMN juga memberikan fasilitas legalitas terhadap membernya dengan PKBM dan sekolah payung di bawah Yayasan Dewi Sartika.

BAGAIMANA DENGAN MAGANG?

  1. Magang diperuntukkan bagi anak berusia >12 tahun
  2. Sesuai dengan minat anak, menawarkan ke anak mau memilih kemana, perusahaan atau personal
  3. Anak tidak dibayar dan kita tidak membayar perusahaan
  4. Waktunya dari pagi sampai siang atau siang sampai sore, tidak seharian
  5. Periodenya bisa seminggu hingga sebulan
  6. Pilihan tempat magang bisa dengan mengajukan lamaran menggunakan portofolio atau mencari perusahaan milik teman/kerabat

 BAGAIMANA JIKA KEDUA ORANG TUA BEKERJA?

  1. Luangkan waktu setelah pulang kerja minimal 3 jam setiap hari tanpa sambilan (fokus pada anak)
  2. Sebaiknya salah satu orang tua dapat selalu mendampingi anak di rumah
  3. Jangan sampai anak HS menjadi tidak terarah

 JANGAN MEMILIH HS, JIKA…

  1. Orang tua tidak siap
  2. Hanya mengikuti trend
  3. Alasan anak malas sekolah
  4. Anak bermasalah di sekolah
  5. Terlalu khawatir dengan bullying
  6. Tidak dapat mendampingi anak saat menjelajah dunia maya mencari bahan pembelajaran — rentan terpengaruh pornografi
  7. Orang tua belum memberikan pilihan sekolah atau belajar di rumah bersama orang tua, dengan berkunjung ke sekolah yang akan dipilih dengan melakukan trial.

Tinggalkan komentar